ALIRAN SENI RUPA
BATASAN PENGERTIAN ALIRAN DALAM SENI RUPA
Aliran, gaya, isme, mazhab, dan paham, adalah sebutan-sebutan yang kerap dipakai dalam seni rupa. Aliran, selanjutnya kata ini dipilih sebagai kata yang mewakili gaya, isme, mazhab, maupun paham dalam bahasan tulisan ini.
Secarakasat mata, aliran itu bisa diibaratkan sebuah pakaian. Seseorang yang berpakaian “terbuka” (periksa kembali pendekatan psikologi Jung), dia akan menggambarkan keterbukaan pikiran tersebut di dalam karyanya. Seorang seniman yang berpikiran rumit, penuh embel-embel, ingin mengisi seluruh ruang garapannya, akan menampilkan karya yang kita kenal sebagai karya yang penuh hiasan, bahkan horror vacui.Aliran, pada awalnya hanya gambaran ciri milik individu tertentu. Aliran, bisa juga awalnya merupakan gambaran ciri kelompok tertentu. Aliran, mungkin juga awalnya adalah gambaran ciri sebuah keadaan, kondisi zaman.
Dalam dunia seni rupa, yang paling cepat mengalami perubahan adalah seni imba (representational art), seperti seni lukis, seni patung, dan seni grafis, dibanding seni bangun. Seni bangun berubah mengikuti permintaan pasar. Sementara itu, seni imba, karena terkait dengan kebebasan pribadi, seni yang mewakili gambaran pribadi senimannya, lebih bebas mengalami perubahan sejalan dengan keinginan masing-masing pribadi seniman. Oleh karena itu, alirn yang muncul ke permukaan, baik sebagai bentuk reaksi terhadap keadaan tertentu maupun sebagai gambaran zaman, banyak sekali kita temukan dalam seni imba tersebut.
ALIRAN-ALIRAN SENI RUPA MODERN
Seperti tealah disebutkan, aliran-aliran dalam seni rupa, sebetulnya lebih banyak mengacu kepada keberadaan aliran yang muncul dalam seni imba, terutama semi lukis.
1. Neoklasisime
Istilah Neoklasisime berarti “berpedoman kepada seni klasik dan mitologi Yunan”. Aliran ini adalah aliran yang resmi dianut dan dilindungi oleh istana. Seniman yang bekerja di luar istana biasanya merupakan seniman muda, dengan sendirinya memiliki pemikiran dan sikap tanggapan yang lain. Mereka menganggap seni yang dilindungi istana tadi tidak menunjang gejolak revolusi yang sedang berlangsung. Jadi, mereka menolak tema istana dan mitologi Yunani.Aliran Neoklasisisme ini berpusat di kerajaan Perancis. Raja Louis XVI adalah raja pelindung utamanya. Tokoh utama seniman Neoklasisisme adalah Jaques Louis David. Istana membentuk kumpulan orang-orang yang dianggap ahli, termasuk David sendiri, untuk menilai hasil seni yang baik.
Revolusi besar Perancis telah menumbangkan kekuasaan raja dan melahirkan demokrasi. Akan tetapi, juga menimbulkan kepesatan dunia pemikiran yang sebelumnya belum pernah terjadi.
Lukisan Odalisque karya Ingres (salah seorang murid David) adalah lukisan yang terkenal dari aliran ini. Sebagai anak muda, Ingres melukis dengan semangat “romantisme”. Tetapi, bila dibandingkan dengan romantisme yang lahir pada zaman kemudian, apa yang ditampilkan Ingres sangat jauh berbeda. Tema yang seharusnya menggambarkan erotisme (Odalisque yang digambarkan tanpa busana), ditampilkan secara dingin, seperti tanpa emosi.
2. Romantisme
Aliran ini lebih banyak menampilkan gambar kejadian yang dahsyat, penuh hayal, dan gejolak perasaan. Aliran ini merupakan aliran anti-klasik dan anti-renaissance. Hal-hal yang fantastik atau tentang kejadian-kejadian masa kuno, dan petualangan, merupakan ciri yang digambarkan dalam lukisan-lukisan aliran ini. Gerakan Raomantisme dimulai di Inggris.
Gericault dan Delacroix adalah penganut romantisme. Dengan surutnya kekuasaan istana, surutlah pengaruh Neoklasisisme, yang mengangkat posisi Romantisme menjadi aliran yang sangat berpengaruh, terutama pada zaman Revolusi Perancis. Di akademi, setelah masa Romantisme, orang berpendapat bahwa lukisan yang baik harus mengambil subjek yang baik. Subjek seperti pekerja dan petani hanya cocok untuk lukisan genre dalam tradisi lukisan Belanda.
3. Realisme
Setelah Revolusi Perancis, orang tidak lagi menyukai hal-hal yang mendebarkan. Orang mulai lagi menginginkan hal-hal yang wajar. Ini melahirkan aliran baru, Realisme. Tokoh Realisme adalah Gustave Courbet, yang akhirnya mendapat kemasyhuran seperti yang sekarang dialami Picasso. Sebelumnya, orang melukiskan “gambar hayalan”. Tetapi Courbet betul-betul menggambarkan suatu kenyataan yang terjadi sehari-hari.
Dengan munculnya kebiasaan melukis kehidupan sehari-hari, yaitu kehidupan orang yang nya-ta, maka dituntut penggambaran latar belakang yang alami juga. Oleh karena itu, pelukis-pelukis pada masa itu, akhirnya merasa tidak puas dengan kebiasaan yang telah mereka jalani. Mereka mulai melukis di luar studio. Tempat mereka berkumpul adalah sebuah desa bernama Barbizon, dekat hutan Fountainblue. Mereka mengamati alam dan pemandangan. Mereka merupakan pelukis yang menggambarkan alam secara nyata. Bahkan, di antara mereka ada yang kemudian mengkhususkan diri melukis pemandangan. Sebenarnya, di Belanda (abad ke-17) sudah ada pelukis yang menggambarkan pemandangan alam secara khusus, tetapi mereka melukis pemandangan secara hayal.
4. Impressionisme
Aliran seni rupa Impresionisme adalah aliran yang mengusung keakuratan warna pada pencahayaan objek yang dilukis berdasarkan teori proses terjadinya warna melalui sapuan sapuan kuas kecil namun berwarna. Aliran impresionisme melukis di alam terbuka dalam kurun waktu yang singkat, sehingga harus mengorbankan keakuratan bentuk, namun sebagai imbalannya mereka dapat menangkap keakuratan cahaya yang terjadi pada kurun waktu tertetu: pagi, siang, menjelang matahari terbit,
Melukis plain air ternyata menuntut teknik yang baru dalam melukis. Melukis di luar studio harus dikerjakan secara cepat. Cuaca di luar studio cepat berubah-ubah, sehingga menghendaki cara yang berlainan dengan cara melukis di dalam studio yang tidak dibatasi oleh perubahan suasana dan cuaca alam. Kebiasaan melukis di luar studio ditentang oleh masyarakat, karena dianggap sangat ceroboh dan lukisannya dianggap belum selesai. Tetapi, para pelukis telah menganggap selesai lukisan yang mereka buat. Lahirlah lukisan yang tampilannya hanya menggambarkan kesan (l’impression) sajaImpresionisme dimulai melalui terbentuknya kelompok seniman independen yang berbasis di Paris dengan tokoh utama: Claude Monet. Kelompok ini dibentuk sebagai inisiatif para seniman yang tidak mendapatkan kesempatan berpameran di Seni mainstream pada masa itu: The Paris Salon. Revolusi Industri dan perkembangan teknologi yang tergolong baru di masa itu juga mengilhami pergerakan Impresionisme. Misalnya, bagaimana teknologi fotografi menjadi ancaman baru di kala itu dan membuat kelompok ini berpikir keras untuk dapat tetap bersaing melalui karya lukis mereka.
Melalui beberapa alasan tersebut, maka munculah berbagai ide yang mereka kembangkan untuk membawa seni lukis ke level yang lebih tinggi. Berbagai ide tersebut mulai dari kecepatan melukis, mereka berinisiatif untuk bisa melukis dengan lebih cepat dan langsung melihat subjek/objek yang dilukis.
5. Post Impressionisme
Kubisme adalah aliran seni rupa yang memuat beberapa sudut pandang dari suatu objek atau figur dalam satu gambar yang sama, sehingga menghasilkan lukisan yang terfragmentasi dan terdeformasi. Aliran ini juga seakan memecah gambar melalui penyederhanaan objek hingga menyerupai bentuk geometris. Suatu lukisan potret dapat terdiri dari angle samping dan angle depan secara bersamaan sehingga menghasilkan kejanggalan yang artistik.
Kubisme bermula di sekitar tahun 1907 ketika Picasso mulai menggunakan gaya ini dalam karya berjudul “Demoiselles D’Avignon”. Karya ini disebut sebagai prototype atau karya pra-Kubisme. Dalam karya ini sudah tampak berbagai ciri-ciri aliran kubisme seperti distori yang radikal pada hidung, latar yang terfragmentasi dan mata yang posisinya janggal namun memberikan ekspresi artistik. Georges Braque yang melihat lukisan itu di studio Picasso tertarik dan menanggapi gaya yang digunakan Picasso dengan mengeksplorasi gaya yang serupa.
Akhirnya aliran ini tercipta melalui eksperimen mereka berdua, Pablo Picasso dan Georges Braque. Kolaborasi erat antara Picasso dan Braque dimulai pada tahun 1909 dan memiliki dampak penting untuk asal-usul aliran kubisme. Kedua seniman ini bertemu secara teratur untuk membahas perkembangan eksperimen mereka. Keduanya tinggal di bagian Montmartre bohemian di Paris pada tahun-tahun sebelum dan selama Perang Dunia I. Hal itu membuat kolaborasi mereka lebih mudah untuk dilakukan.
7. Futurisme
Futurisme adalah aliran seni rupa yang ingin melupakan masa lalu dan menyongsong masa depan (future) melalui sudut pandang Dinamisme Universal yang tidak hanya mengotakan suatu konsep atau tema dalam satu sisi saja seperti seni klasik, melainkan menggambarkannya dari seluruh sudut seperti gerak, suara, pencahayaan, hingga aspek internal subjek karya seperti benak pikiran manusia. Sebagai contoh konkretnya, kuda akan digambarkan memiliki empat kaki saja dalam karya seni klasik. Namun dalam futurisme mereka akan menggambarkan 20 kaki atau lebih karena realitas dinamisnya kuda tidak dapat digambarkan sebagai subjek yang diam.
Futurisme pertama kali dikumandangkan oleh seorang sastrawan Italia yang bernama Filippo Tommaso Marinetti pada tahun 1909 (Prawira, 2016, hlm. 91). Dalam manifesto futurisme yang ditulisnya, ia berkata bahwa “bangsa Italia telah memasuki babak modern laksana mobil berkecepatan tinggi”.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, futurisme merupakan aliran pergerakan seni dan budaya secara umum. Sehingga tidak ada salahnya untuk mencantumkan berbagai seniman dalam disiplin ilmu seni lainnya seperti sastrawan dan desainer. Beberapa tokoh yang paling berpengaruh dalam aliran ini adalah sebagai berikut.Fortunato Depereo merupakan seorang pelukis sekaligus pujangga yang berfokus pada aliran futurisme. Selain sastra dan seni lukis, ia juga merupakan seorang seorang desainer grafis yang mencari nafkah dengan mendesain gambar komersial untuk majalah-majalah dan koran. Ia beraktivitas di kota New York dan merupakan pengelola periklanan bagi banyak perusahaan. Depereo juga merupakan salah satu ilustrator legendaris yang membuat cover majalah Vogue dan The Newyorker dalam berbagai publikasi. Hingga saat ini The Newyorker masih menggunakan gaya ilustrasi seni sejenis.
8. Dadaisme
Dadaisme adalah aliran yang tidak ingin membuat suatu karya indah secara fisik, namun bermuatan kritik tajam, pesan perdamaian atau pesan sosial lain dengan cara membuat sindiran tidak langsung, hingga ke ungkapan langsung yang provokatif terhadap kaum-kaum yang dianggap memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan hidup manusia.
Aliran dadaisme menggunakan tema-tema yang bertentangan dengan seni tinggi Eropa yang dianggap sebagai aliran mainstream pada masa itu. Mereka menggunakan tema-tema yang mengerikan, terkadang justru kekanak-kanakan atau naif, hingga ke tema-tema mistis yang menyeramkan, atau apapun yang tidak menunjukan keindahan estetis bergaya seni yang telah mapan sebelumnya.
Perang Dunia I pada tahun 1914 yang menelan korban sebanyak 10 juta orang di Eropa adalah pemicu munculnya aliran Dadaisme. Dibalik cerita kelam itu, muncul berbagai asumsi dan evaluasi objektif mengenai penyebabnya. Para seniman dada menganggap kaum borjuislah yang membawa peradaban Eropa menuju kehancuran. Maka dari itu dilakukan penentangan politik melalui seni yang diatasnamakan sebagai dada.
Sehingga selain anti perang, para seniman dada juga menyerukan gerakan seni anti kemapanan. Yaitu mengkritik, hingga memaki-maki berbagai gaya seni dan karya seni lama yang cenderung disukai dan dikoleksi oleh para kaum borjuis. Karena berbagai pandangan tersebut, akhirnya aliran ini melahirkan paradigma berkesenian yang serbakacau, destruktif, nihilistis, absurd, provokatif, dan bahkan antiseni.
Meskipun bukan satu kelas bahasan, Futurisme, Dadaisme, Surrealisme, dan Abstract ditempatkan dalam satu judul bahasan, untuk menunjukkan bahwa masih begitu banyak aliran seni rupa Barat modern. Futurisme misalnya, adalah aliran senirupa yang dibangun di luar Perancis, yaitu di Italia. Tokohnya Filippo Tornasso Marinetti. Aliran ini pada dasarnya mendobrak paham kubis yang dianggap statis dalam soal komposisi, garis, dan warna. Aliran Dada merupakan gerakan nihilis, anti seni, anti perasaan, dan cenderung menampakkan kekasaran dan kekerasan.
Abstractionisme, lebih dikenal dengan Abstract (Abstrak) saja, merupakan gambaran perkembangan berpikir yang melepaskan diri dari wujud-wujud alam nyata. Aliran-aliran sebelumnya masih berpegang pada objek tertentu yang figuratif, yang bisa diindera. Pada aliran Abstrak, bentuk objek dikembalikan pada unsur-unsur bentuk yang paling mendasar: warna sebagai warna, garis sebagai garis, atau bidang sebagai bidang. Dalam perkembangannya, muncul Abstrak Impressionis, Abstrak Ekspressionis, dan Abstrak Geometris. Abstrak Impressionis masih menyisakan bentuk tertentu yang telah dimodifikasi, semi abstrak, abstraksi. Abstrak Ekspressionis (Mark Rothko, Clyfford Still, Adolf Gotlieb, Robert Motehrwell, Bornett Newman: yang mengandalkan lukisan bidangbidang berwarna; Jackson Pollock, Franz Kline, dan Jack Twar-kov: mengandalkan action painting), dan Abstrak Geometris (Piet Mondrian, Bart van Leck, Theo van Doesburg: dikenal dengan sebutan neoplastisisme) dianggap sebagai abstrak yang sebenarnya, non-objektif.
Pada masa selanjutnya, masa Post-Modern, aliran seni rupa muncul lagi sejalan dengan pola pikir zaman. Perulangan selalu tampak, meskipun tidak semuanya persis. Di Barat aliran seni rupa bermunculan sesuai dengan waktu yang tepat.Aliran yang satu menjadi penentang aliran yang lainnya, ataupun sebagai penerus aliran lainnya. Hal tersebut terjadi mengikuti pola perkembangan yang terjadi pada lingkungan ilmu pengetahuan. Tetapi di Indonesia, aliran yang pada dasarnya bertentangan, atau aliran yang di Barat urutannya mengikuti pola sebab-akibat, aliran-aliran tersebut bisa muncul bersamaan tanpa saling terkait satu sama lainnya. Dunia seni rupa Indonesia memiliki pola peta perubahan yang jauh berbeda dengan yang terjadi dalam seni rupa Barat. Untuk mengkajinya secara runtut menjadi sangat sulit.Terutama bila ingin menafsir isi aliran, atau gambaran keinginan para senimannya. Semua aliran, di mana saja, kapan saja, bisa dihidupkan oleh siapa saja.
Agak sulit jika berharap seni rupa Indonesia memberi warna seni rupa dunia. Karena, apa yang dimunculkan dalam kegiatannya hanya mendaurulang apa yang pernah muncul, pernah digarap, atau pernah dilakukan di Barat. Padahal, dari sisi kualitas karya bisa diperiksa: Raden Saleh (Romantisme), Affandi (Ekspressionisme), Chusin Setiadikara dan Dede Eri Supria (Superrealisme), Ivan Sagito (Surrealisme), dan masih banyak lagi, cukup memiliki kelas dalam aliran yang ditekuninya.
SUBJEKTIVISME DALAM SENI RUPA MODERN
Dalam paham tradisional, estetika dikelompokkan sebagai cabang filsafat, sama seperti epistemologi, etika, metafisika, politik, dan sebagainya. Ia dirumuskan sebagai filsafat citarasa, merupakan hasil renungan spekulatif, yang sifatnya sangat mujarad , tak maujud (abstrak). Sebaliknya, dalam perkembangan masa kini, estetika dianggap sebagai ilmu (pengetahuan) tentang peng-alaman nyata, tentang tanggapan cerapan, yang bisa diteliti dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Ada dua sifat pendekatan estetika: estetika filosofis dan estetika saintifis. Estetika filosofis memiliki gugus tugas analisis “kebenaran” konsep, pernyataan seni. Estetika saintifis --estetika ilmiah ini disebut juga sebagai estetika psikologis, karena menggunakan perangkat teori psikologi-- meliputi pertanyaan-pertanyaan keilmuan yang bisa dijawab melalui metode empiris.
ESTETIKA FILOSOFIS
Estetika filosofis disebut juga metacriticism. Ia, seperti disebut oleh para ahli filsafat, berisi analisis atau kupasan tentang pengertian-pengertian yang mereka gunakan ketika membuat pertanyaan-pertanyaan ihwal seni. Pertanyaan, penafsiran, dan penilaian seni merupakan bahasan yang mendasar. Ia tidak bertalian dengan penggubahan karya seni, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan maknawi, seperti “keindahan”, “simbolis”, “representatif”, “baik”, “sahih”, dan lain-lain, ketika kata tersebut diterapkan dalam bahasan seni. Berbeda dengan filsafat pada umumnya yang banyak memperhatikan keindahan dan keagungan aspek alam, metecriticism cenderung mengabaikan alam, ia adalah filsafat kritik seni, seni ciptaan manusia (Cayne, 1971).
Beberapa teori estetis yang dikelompokkan ke dalam estetika filosofis adalah sebagai berikut. Attitude Theory (teori sikap) dipelopori oleh Edward Bullough. Teori Bullough menyangkut konsep psychical distance (jarak psikis) yang menunjuk keadaan psikologis khusus, yaitu berkaitan dengan kegiatan yang disebut dengan istilah cerapan tak memihak (disinterested perception). Keindahan sebuah objek adalah hasil pikiran penikmat, penonton, karena semua objek adalah objek estetis. Nilai sesuatu sangat tergantung kepada sikap subjek, penikmat.
Teori estetis yang lain adalah evaluative theories. Beberapa teori penilaian (evaluative theory) ini di antaranya:
1. Intuitionism: teori ini menegaskan bahwa penilaian sesuatu itu indah, baik, buruk, menunjuk kepada sesuatu yang bernilai non-empiris, hanya bisa dinilai secara intuitif. Teori keindahan milik Plato merupakan versi awal intuitionism ini.
2. Subjectivism: agark berbeda dengan intuitionism. Penilaian indah, baik, atau buruk itu me-nunjuk bahwa bila sesuatu dinilai indah, sesuatu itu, paling tidak, menyenangkan pencerapan; baik bisa berarti “saya menyukainya”; dan buruk mungkin bermakna “saya tidak menyetujuinya”, dan sebagainya.
3. Emotivism: sebuah pandangan yang mengandung penilaian bahwa indah, baik, atau buruk itu hanya menunjuk pada perasaan pengguna kata tersebut. Keindaha misalnya, ada dalam mata pelihat. Konsep ini hampir sama dengan teori Bullough.
4. Instrumentalism: dalam teori ini pendefinisian istilah penilaian yang digunakan dalam meng-ukur keindahan sangat dihindari. Kerja seni yang baik, dalam pandangan paham ini, adalah ibarat membuat suatu pengalaman estetis yang berharga bagi penikmat. Berolah seni adalah kegiatan mimesis (meniru).
ESTETIKA ILMIAH
Estetika ilmiah (scientific aesthetics) meliputi pertanyaan ilmiah yang bisa dijawab melalui kegiatan empiris, menggunakan perangkat percobaan psikologi. Oleh karen itu, estetika ilmiah biasa juga disebut estetika psikologis. Dikenal empat golongan pendekatan dalam estetika ilmiah: psikologi eksperimen, psikologi introspektif, psikologi gestalt, dan psikoanalisa.
Gustav Fechner dianggap sebagai penggagas estetika eksperimental, yang mencoba meme-cahkan persoalan-persoalan estetika melalui metode laboratoris. Eksperimen Fechner meliputi: penemuan tentang pilihan warna-warna, bentuk, suara, dan sejenisnya, serta menetapkan komposisi, dan percobaan tentang persoalan warna.
Psikologi introspektif memberi banyak sumbangan penting kepada estetika. Bullough, seperti yang telah dikemukakan di muka, dianggap sebagai seorang filsuf pertama yang berhubungan dengan teori sifat, seterusnya dia menempatkan teori jarak-psikisnya sebagai sebuah penemuan introspektif, sebuah kesadaran estetis. Introspeksionis yang lain, Theodor Lipps, mengembangkan teori empati, yaitu proyeksi perasaan manusia dalam pencerpan objek. Konsep keindahan yang dikemukakan Santayana, sama dengan teori Lipps ini.
unsur dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian yang lain. keseluruhan tampak terlebih dahulu, baru disusul bagian-bagian. Menikmati sebuah lukisan misalnya, juga benda-benda lainnya, pada awalnya yang tercerap adalah keseluruhannya, baru secara bertahap bagiannya. Keindahan, dalam gestaltism, adalah suatu keseluruhan yang mengandung makna. Pendekatan psikoanalisa berisi pengkajian seni melalui pembahasan model-model manusia pelaku seni. Telaah tentang subjektivisme di dalam lukisan cubism berikut ini menggunakan pendekatan bahasan psikoanalisa tersebut.
SUBJEKTIVISME DALAM LUKISAN CUBISM
Sejumlah lukisan gaya cubism dari beberapa pelukis yaitu Pablo Picasso, Georges Braque, Fernand Leger, Juan Gris, Charles Edouard Jeanneret, dan Ameede Ozenfant akan mejadi bagian bahasan dalam paparan ini. Pemilihan karya-karya bahasan dilakukan secara acak dari sejumlah besar lukisan gaya cubism yang cukup dikenal. Penunjukan karya-karya yang dianggap “populer” adalah dengan mempertimbangkan kekerapan lukisan dimaksud sebagai contohan dalam sejumlah bahasan buku.
Seperti telah disebutkan, Jung membagi kelompok aliran seni rupa modern berdasarkan perbedaan dan persamaan kejiwaan yang menjadi ciri tampilan aliran tertentu. Secara garis besar, aliran-aliran seni rupamodern terbagi atas empat kelompok, seperti berikut.
1. Kelompok Realisme, Naturalisme, dan Impressionisme Seniman-seniman yang termasuk ke dalam kelompok aliran ini, meminjam konsep hasil kajian Jung, dalam kegiatan berkarya mengutamakan unsur pikir. Peniruan terhadap alam mereka lakukan dalam peniruan dunia-luar. Mereka mencontoh alam secara nyata. Kenyataan yang mereka tangkap dalam kanvas adalah kenyataan yang tidak memerlukan penafsiran penikmat.
2. Kelompok Surrealisme dan Futurisme Kelompok seniman ini, menurut Jung, lebeih dipengaruhi perasaan dalam mengolah objek karyanya. Keinginan melebih-lebihkan penggambaran sesuatu menjadi ciri tampilan karya mereka. Mereka menunjukkan perhatian terhadap nilai-nilai spiritual dalam menanggapi dunia luar alam.
3. Kelompok Fauvisme dan Expressionisme Peranan sensasi sangat kuat dalam konsep kegiatan kelompok ini. Seniman-seniman yang menganut gaya berkarya kelompok ini banyak menampilkan unsur kejutan-kejutan,ekspresi yang mengalir deras. Karya mereka menampilkan kerinduan terhadap sensasi rasa perseorangan senimannya.
4. Kelompok Cubisme. Constructivisme, dan Functionalisme Konsep berpikir seniman pada kelompok ini, menurut Jung, sangat dipengaruhi intuisi. Intuisi menjadi titik pusat perhatian mereka. Mereka menunjukkan keasyikan mengolah bentuk-bentuk objek yang mujarad (abstrak).
Seni rupa modern pada dasarnya adalah gambaran pola berpikir masyarakat modern. Tetapi, secara nyata, tidak semua masyarakat modern mendukung keberadaan model tampilan karya seni rupa tersebut. Hanya sebagian kecil masyarakat saja, yaitu masyarakat tertentu, yang bisa menerima kehadirannya. Banyak isu dan konsep berpikir yang melatarbelakangi kehadiran jenis-jenis karya seni rupa modern, yang tidak mudah bahkan tidak bisa dicerna oleh masyarakat kebanyakan. Oleh karena itu, seniman modern dan karyanya, kerap menjadi bahan perdebatan.
Komentar
Posting Komentar